70 ribu Yahudi dari Isfahan (Iran)


“Anas Bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw berkata: ‘Dajjal akan diikuti 70 ribu Yahudi dari Isfahan mengenakan selendang Persia.” (Sahih Muslim, hadist ke 7034).
Loji nuklear Iran yang terletak di kota Yahudi Isfahan
Kita sering mengetahui konspirasi antara Amerika Syarikat dan Israel terhadap Iran. Kita pun sudah tahu fakta bahwa Iran mempunyai teknologi nuklir dan dari mana entah tiba-tiba Iran bangkit sebagai negara yang mempunyai tenaga nuklir?
Sabda Beliau SAW; “Ketahuilah ia (Dajjal) berada di laut Syam atau laut Yaman .. akan datang dari arah timur (lalu menunjukkan dengan tangannya )..”- HR Muslim.
Dari Anas bin Malik ra, sabda beliau SAW, “Dajjal akan keluar dari kota Yahudi Isfahan (Khurasan, IRAN) bersama 70,000 penduduk Isfahan”. [Fath al-Rabbani Tartib Musnad Ahmad. Ibn Hajar berkata: "Shahih"].
Nabi bersabda “Dajjal akan diikuti oleh 70.000 yahudi dari kota Isfahan , mereka memakai Al-Tayalisah”. HR. muslim.
Terdapat 13 kaum Yahudi dan Ashkenazi.  Ashkenazim adalah bentuk jamak daripada ‘Ashkenaz’ dari bahasa Ibrani אשׁכנזי yang berarti “Jerman“. Dalam bahasa Ibrani juga dikenal bentuk אשׁכנזים.
Ini berarti orang Yahudi Eropa, terutama dari Eropa Timur, bahasa yang mereka pakai biasanya adalah bahasa Yiddish. Zaman sekarang kaum Ashkenazim di Eropa sudah hampir punah, mereka banyak didapati di Amerika Serikat dan Israel.

Kaum Ashkenazim, sebagai sebuah kaum yang cukup tertutup banyak yang mengidap penyakit turunan. Tetapi salah satu penyakit turunan yang berhubungan dengan penyakit otak, membuat mereka memiliki skor IQ tertinggi di dunia.
Yang mengherankan secara genetik bangsa Palestina memiliki hubungan genetik lebih dekat dengan kaum Ashkenazim dibandingkan dengan kaum Yahudi-Timur Tengah.
Mereka mempunyai kebolehan yang luar biasa walau bagaimanpun Allah swt telah berfirman mengenainya:
(Ingatlah peristiwa) ketika Nabi Yusuf berkata kepada bapanya: “Wahai ayahku! Sesungguhnya aku mimpi melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan; aku melihat mereka tunduk memberi hormat kepadaku” (4). Bapanya berkata: Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, kerana aku khuatir mereka akan menjalankan sesuatu rancangan jahat terhadapmu. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia (5). Dan demikianlah caranya Tuhanmu memilihmu dan akan mengajarmu takbir mimpi serta akan menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Yaakub sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada datuk nenekmu dahulu: Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (6). Demi sesungguhnya! (Kisah) Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya itu mengandungi beberapa pengajaran bagi orang-orang yang bertanya (tentang hal mereka untuk mengambil iktibar) (7).
Kita sudah mengetahui keberadaan orang Yahudi di Iran ini. Mereka semua berasal dari Isfahan. Jumlah mereka saat ini diperkirakan sebanyak 30.000. Dalam hadist disebutkan jumlah mereka sampai 70 ribu, maka akan terjadilah akhir zaman. Wallahu alam bi shawwab.

Kenapa Kita Menganut Agama Islam?


Oleh Ustad Ihsan Tandjung
Setidaknya ada sepuluh alasan mengapa kita menganut agama Islam. Kesepuluh alasan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, karena kita ingin hidup di dalam naungan ridha Allah سبحانه و تعالى . Sedangkan Allah سبحانه و تعالى telah menegaskan di dalam Kitab-Nya bahwa satu-satunya agama atu jalan hidup yang diridhai-Nya hanyalah agama Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang pernah membaca ayat di bawah ini kecuali pasti akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pilihan agama yang ia anut. Karena Allah سبحانه و تعالى hanya meridhai atau melegalisir agama Islam, bukan agama selain Islam.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)
Seorang Muslim sangat peduli memperoleh ridha Allah سبحانه و تعالى dalam hidupnya. Ia tidak risau jika pak RT atau pak RW atau presiden atau bahkan penguasa negara superpower sekalipun tidak ridha kepadanya. Tapi ia sangat risau jika Allah سبحانه و تعالى Penguasa langit dan bumi tidak meridhai hidupnya.
Ayat di atas bukan saja menegaskan bahwa penganut agama Islam bakal memperoleh ridha dan restu Allah سبحانه و تعالى , tetapi secara implisit juga menegaskan bahwa barangsiapa mencari agama selain Islam berarti ia hidup di dunia tanpa keridhaan Allah سبحانه و تعالى . Jika Allah سبحانه و تعالى tidak ridha kepadanya berarti ia bakal menderita kerugian di akhirat nanti. Sebab murka Allah سبحانه و تعالى menanti dirinya. Bagaimana tidak? Allah سبحانه و تعالى telah memberikan begitu banyak nikmat —lahir maupun batin— kepadanya, namun ia malah tidak bersyukur terhadap nikmat yang paling utama, yaitu hidayah agama Islam. Bukti tidak bersyukurnya ialah dia memilih agama selain Islam yang sesungguhnya menjauhkan dirinya dari Ridha Allah سبحانه و تعالى .
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)
Keridhaan Allah سبحانه و تعالى akan tercurah kepada kita karena kita memilih untuk beridentitas Islam, bukan yang lainnya. Sebab Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita saat berinteraksi dengan penganut agama lainnya agar menawarkan prinsip hidup tauhid kepada mereka sebagai kesepakatan bersama. Tetapi kemudian jika mereka berpaling, kita tidak disuruh untuk berkompromi dengan mereka, misalnya dengan mencari identitas “pertengahan” seperti nasionalisme dan sejenisnya. Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita untuk memproklamirkan diri sebagai orang-orang yang beridentitas Islam.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri kepada Allah)’.” (QS. Ali Imran [3] : 64)
Kedua, kita menganut agama Islam karena ingin hidup seirama dengan gerak alam semesta. Seluruh makhluk di langit maupun di bumi bersikap “Islam” atau berserah-diri, bersujud, tunduk dan patuh kepada Allah سبحانه و تعالى . Maka kita tidak ingin memilih irama yang berbeda dengan gerak alam. Kita kaum Muslimin sangat merasa perlu untuk hidup dalam harmoni keserasian dengan alam seluruhnya.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?” (QS. Al-Hajj [22] : 18)
Kita menganut Islam karena kita ingin dengan sukarela berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالى . Kita sangat sadar bahwa kita semua berasal dari Allah سبحانه و تعالى dan akan dikembalikan kepada Allah سبحانه و تعالى sebagai akhir perjalanan hidup.
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83)
Ketiga, kita menganut agama Islam karena ingin dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sepanjang zaman. Dari zaman ke zaman, dari negeri ke negeri Allah سبحانه و تعالى mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk menyampaikan pesan Allah سبحانه و تعالى bahwa hidup di dunia ini adalah untuk menjalankan misi beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى semata dan menjauhkan diri dari musuh-musuh-Nya yaitu para thaghut. Berfihak kepada al-haq (kebenaran) dan tidak berkompromi dengan al-bathil (kebatilan).
Para Nabi dan Rasul Allah merupakan manusia-manusia terbaik sepanjang zaman. Kita ingin dikumpulkan bersama mereka kelak di Akhirat nanti. Oleh karena itu kita menganut Islam. Sebab Islam merupakan agama yang telah dianut bahkan diperjuangkan oleh setiap Nabi dan Rasul Allah sepanjang sejarah.
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Rabb mereka’. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menjadi kaum muslimun (menyerahkan diri).” (QS. Ali Imran [3] : 84)
Bahkan kita sangat berambisi agar bisa dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sesudah level para Nabi dan Rasul Allah, yaitu para shiddiqiin (orang-orang yang selalu dalam kebenaran), syuhada (orang-orang yang mati syahid terbunuh oleh musuh-musuh Allah سبحانه و تعالى ) serta sholihiin (orang-orang yang menyibukkan diri mengerjakan amal ibadah dan amal sholeh). Sebab mereka inilah orang-orang yang paling pantas kita jadikan sebagai sebaik-baiknya teman setia di dunia maupun di Akhirat kelak.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa [4] : 69)
Keempat, kita menganut agama Islam karena ingin mati sebagai Muslim yaitu sebagai orang yang berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالى . Kita tidak mau mati sebagai seorang yang kafir kepada Allah سبحانه و تعالى . Demikian pula, kita tidak ingin mati sebagai orang yang berpura-pura atau bermain-main menjadi seorang yang beriman alias menjadi seperti kaum munafik. Begitu pula, kita tidak mau mati dalam keadaan sebagai seorang yang murtad. Mengapa? Karena Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita untuk tidak mati kecuali dalam keadaan sebagai seorang Muslim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 102)
Orang yang mati dalam keadaan beragama Islam akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat kelak dengan dimasukkan Allah سبحانه و تعالى ke dalam Jannah-Nya (surga-Nya). Sedangkan orang yang mati dalam keadaan selain beragama Islam pasti celaka di Akhirat, karena Allah سبحانه و تعالى bakal memasukkan dirinya ke dalam api Neraka yang menyala-nyala. Semua orang yang mati dalam keadaan kafir, munafik atau murtad berarti mati tidak dalam keadaan beragama Islam. Ia bakal hidup dalam kesengsaraan hakiki dan abadi di dalam azab Allah tersebut. Wa na’udzubillaahi min dzaalika
Maka seorang yang mati dalam keadaan beragama Islam berarti telah mempersiapkan dirinya untuk mampu menjawab beberapa pertanyaan fundamental malaikat ketika dirinya sudah menjadi mayat berada di dalam kuburnya. Sebagaimana disebutkan Rasulullah صلى الله عليه و سلم di dalam hadits berikut:
قَالَ فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي
Kata Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم : “… lantas rohnya di kembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya, Siapa Rabbmu?’. Ia menjawab, ‘Rabb-ku Allah. Tanya keduanya. ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya, ‘Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini? Si mayit menjawab, ‘Oh, dia Rasulullah صلى الله عليه و سلم .Keduanya bertanya, ‘Darimana kamu tahu itu semua? Ia menjawab, ‘Aku membaca Kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya. Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil‘HambaKu benar’.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)
Kelima, kita menganut agama Islam karena ingin meneladani Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم yang disebut Allah سبحانه و تعالى merupakan rahmat bagi semesta alam.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21] : 107)
Seorang manusia yang menjalani kehidupan mengikuti agama Islam, berarti ia telah mengambil peranan sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Sebab hakikat menjadi rahmat bagi sekelilingnya ialah ketika seseorang loyal dan istiqomah di dalam menganut agama Islam. Jangan dibalik. Bila orang kebanyakan (yang aqidahnya rusak serta terlanjur tenggelam dalam dosa) merasa terganggu oleh kehadiran orang yang sesungguhnya sholeh, maka orang sholeh itu dituduh tidak menjadi rahmat bagi orang-orang sekelilingnya (yang terlanjur gemar kemusyrikan dan bermaksiat alias durhaka kepada Allah سبحانه و تعالى ). Akhirnya supaya dianggap menjadi “rahmat” bagi orang-orang tersebut si sholeh tadi berkompromi dan menunjukkan sikap mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Ini pengertian yang keliru dari makna “rahmat bagi semesta alam”.
Maka, kita menganut agama Islam dan berusaha untuk istiqomah dengannya, karena tahu bahwa satu-satunya tolok-ukur kalau dirinya menjadi rahmat bagi sekelilingnya adalah ketika ia sibuk berusaha meneladani Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم dalam sebanyak mungkin aspek kehidupannya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)
Keenam, kita menganut agama Islam karena ingin kehidupan yang baik di Dunia dan kehidupan yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak nanti. Sebab seorang Muslim yakin bahwa hidupnya belum berakhir ketika ia meninggal dunia. Ia sangat yakin bahwa kehidupan Dunia ini fana dan masih ada kehidupan Akhirat yang menantinya. Di Dunia ini ia hanya menjalani kehidupan sementara dan sangat singkat. Sedangkan di Akhirat nanti ia bakal menjalani kehidupan yang abadi dan hakiki. Kesenangan serta penderitaan di dunia merupakan kesenangan dan penderitaan yang artifisial. Sedangkan kesenangan dan derita di Akhirat merupakan kesenangan dan derita yang sejati.
Maka seorang Muslim tentunya ingin hidup baik dan senang di Dunia, tetapi ia lebih fokus mengejar hidup yang baik dan senang di akhirat. Seorang Muslim tentunya tidak ingin hidup yang buruk dan menderita di Dunia, tapi ia lebih tidak ingin lagi hidup buruk dan menderita di Akhirat nanti. Sedangkan Allah سبحانه و تعالى menjanjikan bahwa jika ia menjadi penganut Islam yang baik dan benar, niscaya ia bakal memperoleh hidup yang baik di Dunia dan hidup yang jauh lebih baik lagi di Akhirat kelak nanti.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)
Yang sering mengecohkan manusia ialah kesalahfahaman mengenai makna “Hidup yang baik di Dunia.” Kebanyakan manusia modern mengartikannya sebagai hidup dengan berkecukupan dan kaya serta sukses meraih gelar akademis bahkan punya jabatan dan menjadi orang yang populer. Padahal tolok-ukur kesuksesan hidup di Dunia, bagi seorang Muslim, bukanlah itu. Kesuksesan diukur berdasarkan “taqwa”. Sedangkan taqwa ialah seberapa jauh seseorang menjalankan perintah-perintah Allah سبحانه و تعالى dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Seringkali karena seseorang patuh menjalankan perintah Allah سبحانه و تعالى (misalnya perintah berda’wah, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berjihad di jalan Allah) malah justeru dituduh sebagai pengacau, ekstrimis atau bahkan teroris, lalu dipenjara oleh penguasa zalim. Atau tatkala ia menjauhi larangan Allah سبحانه و تعالى (misalnya larangan mencuri/korupsi, berzina, memakan riba/bunga bank serta mentaati/berkompromi/berkoalisi dengan thaghut) malah ia dicap sebagai seorang yang kaku, radikal, kolot serta tidak progresif oleh kaum liberalis yang ingin hidup memperturutkan hawa-nafsu mereka. Apakah orang-orang seperti ini hidupnya tidak baik? Oh tidak, justeru inilah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh “hidup yang baik di dunia” jika mereka tetap sabar dan istiqomah mematuhi Allah سبحانه و تعالى apapun resiko yang mesti mereka alami. Subhaanallah….!
Ketujuh, kita menganut agama Islam karena tidak mau menjadi orang yang berdusta sesudah mengaku beriman. Kita sadar bahwa sekedar berikrar syahadatain tidak serta-merta memastikan diri menjadi seorang yang benar imannya. Bahkan berpeluang masuk ke dalam golongan kaum munafik. Wa na’udzubillaahi min dzaalika…!
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)
Hidup seorang yang mengaku beriman pasti dipenuhi dengan ujian demi ujian dari Allah سبحانه و تعالى untuk menyingkap apakah dirinya seorang mukmin yang benar ucapannya ataukah seorang munafik yang terbiasa berdusta. Allah سبحانه و تعالى secara tegas menggolongkan kaum munafik yang suka berdusta sebagai orang-orang yang pada hakikatnya tidak beriman walau lisannya mengaku dirinya beriman.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah [2] : 8)
Kedelapan, kita menganut agama Islam karena menyadari bahwa iman tidak bisa diwarisi dari orangtua atau nenek moyang kita. Iman dan Islam bukanlah perkara yang secara otomatis diwariskan dari orang-tua kepada anak-keturunannya. Menjadi orang beriman harus melalui sebuah perjuangan memelihara iman dan tauhid serta kesungguhan doa kepada Allah سبحانه و تعالى agar senantiasa menunjuki kita jalan hidayah dan keselamatan di Dunia dan di Akhirat. Seorang ustadz yang alim dan sholeh tidak serta-merta mempunyai anak-keturunan yang juga alim dan sholeh. Jangankan seorang ustadz, bahkan seorang Nabiyullah-pun tidak selalu anaknya pasti menjadi orang beriman. Hal ini kita dapati di dalam kisah Nabiyullah Nuh ‘alaihis-salam.
وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلا تَسْأَلْنِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Dan Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya’. Allah berfirman, ‘Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan’.” (QS. Huud [11] : 45-46)
Allah سبحانه و تعالى menegur Nabi Nuh agar jangan menganggap puteranya yang condong memilih kafir daripada iman sebagai bagian dari keluarganya. Bahkan Allah melarang Nabi Nuh mengajukan permohonan doa yang mencerminkan seolah dirinya selaku Nabi tidak berpengetahuan dalam persoalan mendasar ini. Yaitu persoalan aqidah sebagai pengikat sejati antar manusia, bahkan antara anak dan ayah. Pengikat sejati antar manusia adalah iman dan tauhid, bukan darah dan garis keturunan.
Demikian pula dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Beliau dengan tegas memperingatkan kepada anak-keturunannya agar jangan mengandalkan garis keturunan sebagai hal yang otomatis mendatangkan keistimewaan dibandingkan orang lainnya yang tidak bergaris keturunan hingga ke Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Tidak mentang-mentang seseorang merupakan bagian dari ahli bait Rasulullah صلى الله عليه و سلم kemudian ia menjadi yakin dan pasti bahwa dirinya bakal masuk surga dan memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Tidak…!
إن أهل بيتي هؤلاء يرون أنهم أولى الناس بي وليس كذلك إن أوليائي منكم المتقون من كانوا و حيث كانوا – إسناده صحيح رجاله كلهم ثقات
“Ahli Baitku berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berhak mendapat syafaatku, padahal tidaklah demikian. Sesungguhnya para waliku di antara kamu sekalian adalah yang bertaqwa, siapapun dia dan dimanapun adanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam “As-Sunnah” dan dipandang shahih oleh Al Al-Bani dalam takhrij beliau)
Kesembilan, kita menganut agama Islam karena faham bahwa zaman yang sedang berlangsung dewasa ini merupakan era penuh fitnah dimana ancaman utama ialah munculnya gejala “Murtad Tanpa Sadar”. Sehingga Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menggambarkannya seperti sepenggal malam yang gelap-gulita.
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, “Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)
Hadits di atas menggambarkan dengan tepat sekali kondisi Dunia dewasa ini. Bila jujur dalam menilai, semua kita pasti merasakan betapa fitnah telah merebak ke segenap lini kehidupan. Entah itu fitnah ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, media, militer dan lain-lainnya. Sehingga Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم tidak mengatakan bahwa gejala yang muncul ialah “Di pagi hari seorang lelaki berbuat kebaikan, lalu berbuat kejahatan di sore harinya.” Tidak, Nabi tidak berkata demikian..! Sebab sejahat-jahatnya seseorang, namun bila iman dan tauhid masih bersemayam di dalam dadanya, ia masih berpeluang diampuni Allah سبحانه و تعالى . Jelas-tegas Nabi muhammad صلى الله عليه و سلم mengatakan “pagi beriman, sorenya kafir..!” Gejala “Murtad Tanpa Sadar” inilah yang harus kita waspadai..!
Dalam hadits lainnya, kita temukan prediksi Nabi muhammad صلى الله عليه و سلم yang dengan tepat menggambarkan keadaan kaum muslimin dewasa ini.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka? (Hadits Shahih Riwayat Muslim)
Tidakkah seperti itu kondisi sebagian besar kaum Muslimin dewasa ini? Mereka mengekor secara membabi-buta kepada “The Western Civilization” (Peradaban Darat) yang tidak lain ialah “The Judeo-Christian Civilization” (Peradaban Yahudi-Nasrani) yang sedang mendominasi dunia saat ini. Dalam berideologi meyakini faham Sekularisme, Humanisme, Pluralisme dan Liberalisme. Dalam berhukum menolak hukum Allah سبحانه و تعالى dan membanggakan hukum produk manusia. Dalam berbudaya menjadikan syahwat sebagai tujuan bukan dzikrullah (mengingat Allah). Menjadikan riba sebagai praktek utama berekonomi yang diterima tanpa peduli larangan dan ancaman Allah سبحانه و تعالى . Ikatan sosial dirajut berlandaskan faham Nasionalisme bukan aqidah tauhid sebagaimana yang Allah perintahkan. Dalam berpolitik menjadikan faham Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara) serta demokrasi sebagai acuan utama, bukannya memperjuangkan tegaknya kedaulatan Allah سبحانه و تعالى dengan menerapkan syariah Islam sebagai aturan bersama. Media menjadi sarana penyebar-luasan kebohongan, kerusakan, humbar aurat, kelalaian bahkan kemusyrikan, bukan menjadi penerang yang menyadarkan manusia akan hakikat dan tujuan hidupnya. Sekolah formal sebagai sarana utama pendidikan malah menjadi penyebab utama disintegrasi keluarga serta tempat dimana anak belajar menjadi nakal dan mempersekutukan Allah, bukan menjadi santun dan ber-tauhid.
Pantas bilamana Allah سبحانه و تعالى memperingatkan kita akan bahaya kaum yahudi dan nasrani yang selalu menginginkan kaum muslimin mengekor kepada millah (baca: jalan hidup) mereka. Bahkan Allah سبحانه و تعالى memperingatkan kita bahwa jika loyalitas diserahkan kepada kaum yahudi dan nasrani, maka Allah tidak lagi memandang kita masih beragama Islam, alias murtad..!
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 120)
Allah jelas-tegas menyatakan bahwa, ”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Islam itulah petunjuk Allah. Islam itulah petunjuk yang benar. Mengapa sebagian kita mengikuti petunjuk kaum yahudi dan nasrani? Pantas dewasa ini sebagian besar kaum muslimin tidak merasakan pertolongan dan perlindungan Allah, sebab mereka sibuk mencari pertolongan dan perlindungan dari kaum yahudi dan nasrani..!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 51)
Kesepuluh, kita menganut agama Islam karena sadar bahwa saat ini kaum Muslimin sedang hidup di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Dan babak ini merupakan “The Darkest Ages of The Islamic Era” (babak paling kelam dalam sejarah Islam). Di babak ini kaum muslimin hidup di bawah dominasi kepemimpinan mulkan jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan Rasul-Nya). Belum pernah di dalam sejarah ummat Islam kita mengalami babak yang lebih kelam daripada babak ini. Simak hadits Nabi صلى الله عليه و سلم berikut ini:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4) Raja-raja/para penguasa yang Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)
Pada babak ketiga kaum muslimin sempat mengalami kepemimpinan yang juga bermasalah karena yang memimpin adalah para khalifah yang dijuluki Nabi صلى الله عليه و سلم sebagai mulkan aadhdhon (para raja yang menggigit). Mengapa? Sebab pada masa itu pergantian khalifah bak sistem kerajaan yaitu diwariskan dalam lingkup keluarga raja secara turun-temurun. Sehingga mereka dijuluki para raja. Lalu mengapa disebut menggigit? Karena tidak sedikit di antara mereka yang memang berlaku zalim secara pribadinya, namun betapapun para kahliafah tersebut masih memenuhi kriteria sebagai ulil amri dalam hal kepemimpinannya dimana bila ada perselisihan, mereka masih menjadikan Allah (Al-Qur’an) serta Ar-Rasul (As-Sunnah) sebagai rujukan utama. Tidak demikian halnya di babak keempat dewasa ini. Para pemimpin dan pembesar yang ada mengambil rujukan selain Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat di dalam negara yang dipimpinnya. Inilah hal yang paling membedakan antara babak ketiga dengan babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Di babak ketiga ummat masih merasakan kepemimpinan “ulil amri” sedangkan di babak keempat ummat tidak memiliki “ulil amri” sebab yang ada hanyalah para “pemimpin dan pembesar” yang mengajak masyarakat bukan menuju keridhoan Allah سبحانه و تعالى , malah menuju kemurkaan-Nya. Wa na’udzubillaahi min dzaalika..!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4] : 59)
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Ya Allah, ajarkanlah kami bagaimana caranya beristiqomah menjadikan Kitab-Mu dan Sunnah Nabi-Mu Muhammad صلى الله عليه و سلم sebagai pemimpin kami di era fitnah ketiadaan ulil amri dewasa ini.

Khilafah Islamiyyah Versus Tata Dunia Baru [The New World Order]


Setiap muslim yang cukup rajin belajar agama, atau yang terlibat dengan pergerakan Islam, umumnya mengenal istilah Khilafah Islamiyyah. Khilafah Islamiyyah merupakan lembaga politik kenegaraan milik ummat Islam yang telah eksis belasan abad sejak Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم memimpinnya pertama kali berbasis di kota Madinah Al-Munawwarah hingga runtuhnya secara resmi khilafah terakhir berupa Kesultanan Utsmani Turki yang bubarpada tahun 1924 atau 1342 hijriyyah.
Dewasa ini dunia Islam terpecah-belah menjadi aneka nation-states (negara berdasarkan kebangsaan) tidak seperti Khilafah Islamiyyah yang menyatukan kaum muslimin dari berbagai bangsa dan wilayah berdasarkan ikatan aqidah kalimat Tauhid لا اله الا الله dan sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Sebenarnya realitas ummat Islam selama belasan abad di bawah naungan Khilafah tidaklah sepenuhnya konstan dalam kebaikan. Ada gradasi yang – perlahan tapi pasti- memperlihatkan suatu dekadensi hingga senanglah kaum kuffar menyaksikan runtuhnya Khilafah dan tercerai-berainya kaum muslimin seperti dewasa ini. Hal ini telah diprediksikan oleh rasulullah صلى الله عليه و سلم lima belas abad yang lalu:
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً  فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ
Dari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul. Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah simpul hukum dan yang paling akhir adalah simpul shalat.” (AHMAD – 21139)
Penegakkan hukum Allah سبحانه و تعالى telah mengalami dekadensi dari masa ke masa. Pada babak paling awal penegakkan hukum berlangsung prima karena baik person pemimpin maupun konstitusi Daulah Islamiyyah langsung di tangani oleh Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم , teladan utama orang-orang beriman. Kemudian pada babak berikutnya ummat Islam menyaksikan penegakkan hukum yang masih tetap baik – walau tentunya tidak se-prima di masa Nabi صلى الله عليه و سلم – di bawah person pemimpin yang dijuluki al-Khulafa ar-Rasyidun dan konstitusi Khilafah Islamiyyah, terdiri dari para sahabat utama Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum.
Lalu pada babak selanjutnya penegakkan hukum mulai mengalami masalah karena antara person pemimpin dan konstitusi Khilafah Islamiyyah tidak selalu sinkron.  Person pemimpin terdiri dari para khalifah yang dijuluki Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sebagai para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit). Namun konstitusi Khilafah Islamiyyah masih baik karena secara formal tetap berlandaskan Islam di mana berbagai urusan dirujuk kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah). Dalam sejarah dikenal sebagai era berbagai kerajaan Islam, terutama tiga di antaranya yang sangat menonjol yaitu Dinasti Bani Ummayyah, Dinasti Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Turki Utsmani. Pada masa yang berlangsung hampir 13 abad itu person pemimpinnya bermasalah, namun konstitusi Khilafah Islamiyyahmasih relatif cukup Islami.
Namun sesudah itu masuklah ummat Islam ke dalam babak yang paling kelam dalam sejarahnya di mana baik person pemimpin maupun konstitusi lembaga kenegaraan sungguh bermasalah. Inilah era yang oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم disebut era kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak). Dan inilah era di mana dunia modern ini berada. Dunia Islam tercabik-cabik ke dalam berbagai nation-states.  Tidak ada satu wilayah tunggal ummat Islam yang memberlakukan hukum Allah سبحانه و تعالى. Tidak ada satu blok tunggal kekuatan ummat Islam yang memelihara izzul Islam wal muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin). Sedangkan kepemimpin dunia justeru berpindah gilirannya ke tangan kaum kuffar yakni the Western Civilization, dengan kekuatan kaum Yahudi-Nasrani sebagai komandannya. Oleh karenanya seringkali disebut juga sebagai the Judeo-Christian Civilization.
Pada babak yang kelam ini dunia berjalan menuju kegelapan karena komandannya tidak memiliki cahaya penerang apapun untuk menunjuki jalan manusia ke arah tujuan semestinya. Malah para pemimpinnya justeru mengajak ummat manusia –termasuk ummat Islam – memasuki lubang biawak kebinasaan di dunia apalagi di akhirat. Persis sebagaimana diprediksikan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ  شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ  حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ  لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ  الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kamu akan mengikuti perilaku/tradisi/sistem hidup orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary 3197)
judeo-christianTetapi ada suatu pertanyaan mendasar yang perlu diajukan. Mengapa ummat Islam mengikuti perilaku/tradisi/sistem hidup kaum Yahudi dan Nasrani? Sesungguhnya dekadensi di bidang penegakkan hukum Allah سبحانه و تعالى bukanlah suatu fenomena yang berdiri sendiri. Ia tidak hanya berkenaan dengan hadir-tidaknya person pemimpin yang bermasalah serta berlaku tidaknya konstitusi Khilafah Islamiyyah di dalam tubuh kaum muslimin. Tetapi ia sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan dan mental kaum muslimin secara keseluruhannya yang telah dijangkiti suatu penyakit kronis yang telah disinyalir oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Penyakit itu bernama al-wahan. Artinya cinta dunia dan takut menghadapi kematian. Dan penyakit ini bukan hanya muncul di tengah kaum muslimin sesudah runtuhnya secara resmi Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924. Tetapi bibit-bibit penyakit ini telah hadir sejak lama sebelum hal itu terjadi. Runtuhnya khilafah hanyalah merupakan faktor pemicu yang menyebabkan kian ganasnya virus penyakit al-wahan berkembang di dalam tubuh kaum muslimin seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ   عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ  أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى  الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ  وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ  بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ  غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ  مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ  وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ  فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ  قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Bersabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Fihak kaum kuffar pada hakekatnya tidak akan pernah sanggup melakukan apapun terhadap ‘Izzul Islam wal Muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) andaikan ummat ini benar-benar beriman dan yakin akan janji Allah سبحانه و تعالى berupa ihdal-husnayain (meraih salah satu dari dua kebaikan) yakni ‘isy kariiman au mut syahiidan (hidup mulia di bawah naungan syariat Allah atau menggapai mati syahid).
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ  لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ  فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ  قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا  إِلا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” Katakanlah: “tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali ihdal-husnayain (salah satu dari dua kebaikan).” (QS At-Taubah 9:51-52)
Dalam kitab tafsir Fathul Qadir dikatakan bahwa maknasalah satu dari dua kebaikan ialah:
إما النصرة أو الشهادة
“Atau kemenangan atau mati syahid”.
jihadSepanjang sejarah Islam fihak musuh senantiasa berusaha menghilangkan gairah kaum muslimin untuk meraih salah satu dari dua kebaikan di atas. Mereka melakukan segala upaya untuk memadamkan semangat perjuangan kaum muslimin. Bayangkan, mereka sampai perlu melansir perang Salib selama dua abad (dua ratus tahun)! Namun ummat Islam semakin diperangi semakin menjadi-jadi semangat berperangnya (baca: hubbul-jihad wa asy-syahadah/cinta jihad dan mati syahid). Kalimat legendaris yang diucapkan Panglima Khalid bin Walid ra ketika memimpin pasukan Islam yang jauh lebih sedikit jumlahnya daripada pasukan Romawi telah menginspirasi pasukan Islam sepanjang zaman:
جئت بأناس يحبون الموت كما تحبون الحياة
“Aku datang dengan sejumlah manusia yang mencintai kematian melebihi kalian (hai kaum Romawi) dalam mencintai kehidupan…!”
Akhirnya kaum Yahudi-Nasrani merubah strategi mereka menghadapi kaum muslimin. Mulailah era al-ghazwu al-fikri (perang ideologis) diterapkan menghadapi kaum muslimin. Mulailah mereka meracuni hati dan fikiran kaum muslimin melalui harta, wanita dan perebutan tahta antara sesama muslimin. Mulailah politik belah bambu alias devide et impera diterapkan.  Mulailah berbagai ideologi asing buatan kaum kuffar diperkenalkan dan dipromosikan oleh para orientalis yang belajar Islam untuk dijadikan pembungkus kebusukan berbagai ideologi menyesatkan tersebut. Mulailah mereka memperkenalkan makna-makna baru lagi sesat terhadap berbagai istilah Islam yang sudah lama disepakati pemahamannya oleh kaum muslimin sejak dahulu kala. Akhirnya tersebarlah di tengah ummat Islam makna-makna asing lagi menyesatkan terhadap kata-kata seperti al-jihad fi sabilillah, rahmatan lil ‘aalamiin, dien, ‘ibadah, rabb dan ilah.
Alhasil dekadensi di dalam tubuh ummat Islam tidak hanya terjadi pada bab penegakkan hukum semata. Tetapi dekadensi di berbagai bidang lainnya turut menyempurnakan keruntuhan ‘Izzul Islam wal Muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin). Sehingga kaum kuffarpun akhirnya menikmati buah ketidak-loyalan kaum muslimin terhadap agama Allah سبحانه و تعالى  dan sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Maka mulailah babak paling kelam dalam sejarah Islam berlangsung.
nosDi babak ini kaum Yahudi dan kaum Nasrani (yang telah ter-Yahudi-kan) sangat ingin memastikan bahwa ummat manusia –apalagi ummat Islam – tidak pernah lagi boleh menengok ke belakang. Ummat Islam harus diharamkan berfikir menghidupkan kembali ide Khilafah Islamiyyah.  Sebab ia telah menjadi sejarah dan harus tetap tersimpan dalam lembaran sejarah semata. Sementara itu kaum kuffar selanjutnya leluasa mempersiapkan dunia dengan sebuah grand-design yang sudah lama mereka rencanakan berupa ide pembentukan sebuah sistem global tunggal bernama Novus Ordo Seclorum alias the New World Order (Tatanan Dunia Naru). Bahkan secara lebih spesifik namun tersamar kaum Yahudi telah mencanangkan bahwa NOS sesungguhnya dibangun dalam rangka menyambut kehadiran sang pemimpin yang mereka nanti-nantikan sejak lama yaitu si mata tunggal alias Ad-Dajjal. Oleh karenanya kita temukan beberapa statement dari para pemimpin mereka seperti misalnya:
kissingerHenry Kissinger: “…apa yang dinamakan terorisme di Amerika, tapi sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekuler, dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan.”
Pada tanggal 5 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris, Charles Clarke menyampaikan pidato tentang Perang Melawan Terorisme di The Heritage Foundation (sebuah pusat kajian neo konservatif di Washington DC ). Dimana dia menyatakan:
charles-clarke“Apa yang mendorong orang-orang itu adalah ide-ide. Dan berbeda dengan gerakan kebebasan di era pasca Perang Dunia II di banyak belahan dunia, ide-ide itu bukanlah untuk menggapai ide-ide politik seperti kemerdekaan nasional dari penjajahan, atau persamaan bagi semua penduduk tanpa membedakan suku dan keyakinan, atau kebebasan berekspresi tanpa tekanan totaliter. Ambisi-ambisi itu adalah, paling tidak secara prinsip, bisa dirundingkan dan dalam banyak hal telah dimusyawarahkan. Namun, tidak ada perundingan bagi pendirian kembali Khilafah; tidak ada perundingan bagi penerapan Hukum Syariah; dan tidak ada perundingan tentang penindasan atas persamaan antara laki-laki dan perempuan; tidak ada perundingan untuk mengakhiri kebebasan berbicara. Nilai-nilai itu adalah sangat fundamental bagi peradaban kami dan tidak dimungkinkan adanya perundingan.”
Dalam pidatonya di awal bulan November 2005 George Bush Jr menyatakan bahwa kaum militant sedang berusaha untuk mendirikan sebuah “kekaisaran Islam radikal”:
bushjr“Ide membunuh dari kaum Islam radikal adalah tantangan yang besar di abad baru kita. Sama seperti ideologi Komunisme, musuh kita yang baru ini mengajarkan bahwa individu yang tidak berdosa bisa dikorbankan untuk bisa menjalankan visi politik. Kaum militan percaya bahwa mereka dapat menyatukan kaum muslimin dengan cara menguasai Negara, sehingga dengan cara itu mereka menumbangkan semua pemerintahan moderat di wilayah dan mendirikan sebuah kekaisaran Islam yang membentang dari Spanyol hingga Indonesia.”
Sedangkan berkenaan dengan NOS, kita temukan suatu pernyataan dari Bush Senior di tahun 1991 yang ternyata dibuktikan sebaliknya pada dekade berikutnya. Pernyataannya di antaranya sebagai berikut:
“Until now, the world we’ve known has been a world divided – a world of barbed wire and concrete block, conflict and cold war.
george-bush-srNow, we can see a new world coming into view. A world in which there is the very real prospect of a new world order. In the words of Winston Churchill, a “world order” in which “the principles of justice and fair play … protect the weak against the strong …” A world where the United Nations, freed from cold war stalemate, is poised to fulfil the historic vision of its founders. A world in which freedom and respect for human rights find a home among all nations.
The Gulf war put this new world to its first test, and, my fellow Americans, we passed that test.”
Jelaslah bahwa para pendukung the New World Order memiliki agenda yang sangat berbeda – bertentangan lebih tepatnya – dengan kaum muslimin yang faham dan bangga akan sejarahnya. Tidak ada muslim-mukmin yang bisa melupakan masa lalunya. Sebab kendati Khilafah Islamiyyah sudah tiada, namun karena ia telah berlangsung belasan abad sulit untuk begitu saja dilupakan. Sedangkan hegemoni Novus Ordo Seclorum alias Sistem Dajjal belum ada seabad. Dan para pengusung sistem batil ini masih berjuang keras memastikan dan memuluskan eksistensinya. Mereka sangat khawatir jika sebelum pemimpin mereka datang,  yakni Ad-Dajjal, ummat Islam keburu bangun kembali dari tidur mereka dan bergerak bangkit mewujudkan kembali Khilafah Islamiyyah yang diyakini berlandaskan Kitabullah Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Bagi muslim-mukmin yang sadar, maka urusan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah bukanlah sekedar mengenang kembali nostalgia masa lalu. Urusan ini berkaitan erat dengan iman dan keyakinan akan janji Allah سبحانه و تعالى yang tidak pernah berdusta serta prediksi Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mengenai skenario Akhir Zaman yang tidak pernah meleset.  Betapapun tampak digdayanya kekuatan kaum kuffar Barat, kaum Yahudi-Nasrani serta para antek kaki-tangan mereka dari sebagian kaum musyrikin dan munafikin yang telah berhasil mereka rekrut dengan kebijakan stick and carrot.
Urusan siapa yang Allah سبحانه و تعالى izinkan memimpin dunia adalah urusan giliran. Ada kalanya Allah سبحانه و تعالى percayakan kepada kaum beriman dan ada kalanya dipercayakan kepada kaum kuffar. Dewasa ini giliran sedang Allah سبحانه و تعالى serahkan kepada kaum kuffar. Ummat Islam wajib bersabar dan melipat-gandakan kesabaran. Kesabaran untuk terus menyempurnakan persiapan diri, keluarga dan ummat di berbagai bidang, sejak dari bina al-iman wa at-tauhid hingga bina ad-da’wah wa al-jihad. Kesabaran untuk tidak mudah tergoda oleh rayuan pengusung NOS yang membujuk ummat Islam untuk memandang baik berkompromi dan kerja-sama dengan NOS guna memelihara nilai-nilai Sistem Dajjal. Kesabaran untuk tidak terjerembab ke dalam berbagai fitnah zaman yang telah meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Fitnah yang telah meliputi aspek ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, militer, pendidikan, hukum, kesehatan, informasi dan lain-lainnya.
Babak ini boleh jadi merupakan babak di mana ummat Islam sedang babak belur, tetapi ia bukan alasan untuk membiarkan diri mengembangkan defeated mentality (mental pecundang) sehingga kemenangan kaum kuffar sedemikian menyilaukan sehingga seorang muslim menggunakan kaedah if you can’t beat them, then you join them (jika kamu tidak dapat mengalahkan mereka, maka bergabung sajalah dengan mereka). Sehingga kita mendengar mereka yang sedemikian rupa tersilaukan melihat kedigdayaan kaum kuffar tega secara terang-terangan mengungkapkan hilangnya kepercayaan diri terhadap perlunya institusi Khilafah Islamiyyah.  Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji”uun. Padahal Rasulullah صلى الله عليه و سلم dengan jelas menyatakan bahwa sesudah babak yang penuh fitnah ini, niscaya Allah سبحانه و تعالى akan izinkan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah berdasarkan manhaj Kenabian.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ  مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ  ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا  ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ  النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ  أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا  إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا  ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا  فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ  أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا  إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا  ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً  فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ  أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا  إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا  ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ  النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
”Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung khilafah menurut manhaj kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali khilafah menurut manhaj kenabian. Kemudian beliau berhenti”. (AHMAD – 17680)
Boleh jadi Allah سبحانه و تعالى tidak izinkan kita mengalami hidup di bawah naungan Khilafah Islamiyyah. Yang paling penting ialah memastikan diri dan keluarga kita menjadi bagian dari ummat islam yang dipercaya Allah سبحانه و تعالى untuk turut serta mempersiapkan dan memperjuangkannya di atas jalan yang lurus dan benar. Bukan malah menjadi bagian dari mereka yang justeru turut melestarikan dan memandang final The New World Order yang sejatinya merupakan Sistem Dajjal dalam rangka menyambut kedatangan si puncak fitnah, yakni Ad-Dajjal. Wa na’udzu billaahi min dzaalika…!
Sumber: GlobalIslam

Chip Perusak DNA Sedang Dipasang Ke Dalam Ponsel?

Oleh: Terrence Aym
Menurut Dr Boian Alexandrov di Pusat Studi Nonlinier di Los Alamos National Laboratory di New Mexico, gelombang Terahertz (THz) merusak DNA manusia. Gelombangnya benar-benar mengurai untaian spiral. Sekarang tim teknologi di UT Dallas berencana untuk mengambil chip penyiaran gelombang THz dan merubahnya, kemudian dipasang dalam ponsel untuk digunakan sebagai sistem ilustrasi bagi konsumen, penegakan hukum dan tenaga medis … teknologi yang berpotensi mematikan yang akhirnya bisa membunuh atau membuat sakit jutaan orang.
dna-thz
Kontroversi teknologi scanner THz yang digunakan oleh TSA di banyak bandara diberbagai negara di dunia sedang disesuaikan untuk penggunaan ponsel. Studi radiasi Terahertz telah menyebabkan para ahli untuk meningkatkan tanda bahaya terhadap risiko kesehatan yang signifikan bagi manusia.
Baru-baru ini media utama menyebut-nyebut chip baru yang memungkinkan disesuaikan dari perangkat pembangkit THz untuk dimasukkan ke dalam telepon selular.
dna-thz1
Apakah harga untuk melihat melalui dinding, sebuah kematian yang mengerikan?
dna-thz2Pers bersemangat melukiskan gambar-gambar besar teknologi tersebut yang digunakan oleh konsumen untuk melihat melalui dinding dan benda-benda, sedangkan para ahli kesehatan profesional seperti dokter mungkin menggabungkan teknologi tersebut untuk mencari tumor kecil di dalam badan pasien tanpa perlu untuk melakukan operasi.
Gelombang THz-terletak antara gelombang mikro dan inframerah pada spektrum elektromagnetik-dipilih untuk perangkat keamanan karena menembus materi seperti pakaian, kayu, kertas dan bahan berpori-pori lainnya yang non- conducting. Pada saat para ahli percaya bahwa jenis radiasi tersebut tidak berbahaya.
Namun mereka salah.
dna-thz3Dari sini …                                  sampai sini …?
Radiasi THz mengurai molekul DNA
Dalam sebuah penelitian terobosan yang dilakukan oleh Dr. Boian Alexandrov di Pusat Studi Nonlinier di Los Alamos National Laboratory di New Mexico dan tim ahli fisika, mereka menemukan bukti yang mengerikan bahwa paparan radiasi THz membangun secara kumulatif dan mempengaruhi jaringan DNA manusia serta hewan. Pada dasarnya, ia cenderung untuk mengurai molekul DNA. [Lihat: Di dalam scanner TSA: Bagaimana gelombang Terahertz mengacaukan DNA manusia]
Kertas kerja ilmuwan Los Alamos, DNA Breathing Dynamics in the Presence of a Terahertz Field (Dinamika Pernapasan DNA dengan Kehadiran Medan Terahertz) mengungkapkan bahwa sangat mengganggu-bahkan mengejutkan-terbukti bahwa radiasi THz secara signifikan merusak DNA dari orang-orang yang diarahkan melewati scanner bandara termasuk semua pekerja TSA yang berada di dekat mesin.
Sinopsis mereka: “Kami mempertimbangkan pengaruh medan Terahertz terhadap dinamika fungsi untai-ganda DNA. Kami memperagakan pembentukan spontan lubang lokal dengan leluasa rantai lengket DNA dan mendorongnya, serta menemukan bahwa ketidakstabilan linier menyebabkan dimerisasi dinamis, sementara daerah untai sebenarnya memerlukan pemisahan mekanisme ambang batas amplitudo. Berdasarkan hasil penelitian, kami berpendapat bahwa paparan radiasi Terahertz tertentu secara signifikan dapat mempengaruhi dinamika alami dari DNA, dan dengan demikian mempengaruhi proses molekuler yang rumit yang terlibat dalam ekspresi gen dan replikasi DNA. “
Apa artinya semua ini adalah merupakan efek resonansi dari gelombang THz yang menyerang manusia dang mengurai molekul DNA beruntai ganda. Menyobek terpisah belitan rantai DNA dan menciptakan gelembung antara gen yang dapat mengganggu proses kehidupan itu sendiri: replikasi DNA normal dan ekspresi gen kritis.
Kemungkinan besar menyebabkan kanker
David J. Brenner, seorang doktor dari Universitas Columbia dan pakar efek radiasi menyatakan bahwa hal itu sangat mungkin karena scanner TSA akan menyebabkan kanker pada beberapa kasus individu.
Brenner, yang bekerja di Columbia Center for Radiological Research memfokuskan terhadap efek radiasi dalam proses biologis, evaluasi eksposur risiko rendah dan terapi radio-isotop, prihatin bahwa orang dengan sistem kekebalan tubuh seperti pasien pengidap AIDS, mereka yang menderita lupus atau mereka yang berpenyakit penurunan kekebalan tubuh sangat beresiko. Bayi, anak hingga usia 5 atau 6 tahun, wanita yang sedang hamil atau menyusui, pasien kanker dan masih banyak lagi harus menghindari sejauh mungkin dari mesin.
dna-thz4Untai DNA diserang oleh radiasi THz yang terurai
Mereka yang terkena radiasi THz-baik dari scanner keamanan maupun teknologi ponsel masa depan – adalah mereka yang membeli obat resep tertentu atau memiliki vitamin tertentu yang tingkatnya lebih rendah, telah meningkatkan risiko penyebab radiasi karsinoma.
Paparan berulang-ulang dalam scan radiasi tingkat rendah juga dapat menyebabkan katarak dan kanker kulit termasuk melanoma yang mematikan.
dna-thz5
Sebuah chip CMOS yang digunakan dalam banyak produk

THz memanfaatkan chip CMOS yang ada
Menurut Daily Mail, chip-dibuat menggunakan Complementary Metal-Oxide Semiconductor atau CMOS-menggunakan teknologi yang sama, sudah dimasukkan ke dalam perangkat seperti HD TV, ponsel pintar dan komputer pribadi.
dna-thz6Dr Kenneth O, profesor teknik elektro di University of Texas di Dallas dan pemimpin proyek, menjelaskan kepada Daily Mail bahwa “Kami telah membuat pendekatan yang membuka bagian yang sebelumnya belum dimanfaatkan dari spektrum elektromagnetik untuk digunakan sebagai aplikasi medis konsumen dan penyelamatan-jiwa.
“CMOS terjangkau dan dapat digunakan untuk membuat banyak chip,” kata Dr O. “Kombinasi dari CMOS dan Terahertz berarti Anda bisa menempatkan chip ini dan penerimanya di bagian belakang ponsel, mengubahnya menjadi perangkat yang bisa dibawa dalam saku Anda yang dapat melihat tembus benda-benda.”
Temuan tim disajikan kepada para hadirin yang antusias pada the 2012 International Solid-State Circuits Conference  yang diselenggarakan di San Francisco,, California. Selanjutnya tim berencana untuk membuat sistem ilustrasi CMOS Terahertz.
Sebelum melanjutkan proyek ini, dokter yang baik dan timnya mungkin mempertimbangkan untuk menghubungi Dr Boian Alexandrov dan timnya di Los Alamos untuk membandingkan catatan keduanya.
Akan memalukan jika sebuah teknologi yang mematikan akhirnya bisa membunuh atau membuat sakit jutaan orang secara tidak sadar dijual di seluruh dunia.

Dekontruksi Akidah dan Virus (DAJJAL) K-POP

Zionisme - Illuminatii -  Freemason adalah organisasi rahasia (Iblis/dajjal) yang telah ada berabad-abad lamanya. Mereka ingin mendirikan sebuah Tatanan Dunia Baru atau yang disebut dengan The New World Order, dimana semua manusia tunduk dibawah kehendak mereka (Illuminati) tanpa mengenal agama (ideologi iblis/dajjal). Seperti yang kita ketahui bahwa seandainya kita ingin menguasai dunia kuasailah Politik, Ekonomi & Media, dengan ini mereka mengendalikan semua tatanan sosial dari kalangan pejabat sampai kepada masyarakat. Strategi yang mereka lakukan yang paling utama melalui dunia hiburan, karena dunia hiburan sangatlahlah menarik dan mampu dikonsumsi oleh semua kalangan masyrakat. Virus K-POP benar-benar telah menjangkit dan menghipnotis Indonesia terutama remaja, mulai dari SINETRON, LAGU, ASESORIS dan bahkan belum perfect kalo belum mampu berbahasa KOREA, hebatnya lagi menjadi kiblat bagi mereka yang mengidolakan. Maraknya idolasisasi menggambarkan bawa begitu kuatnya hegemoni barat (melalui korea) terhadap budaya Indonesia. Barat dan kroni-kroninya menskenario memboomingnya K-POP di dunia hiburan, tujuan mereka hanya satu menghancurkan AKIDAH UMAT ISLAM. Tengok saja remaja muslim dewasa ini mulai dari penampilan sampai mindset pelan tapi pasti telah berubah ala K-STYLE. Ini semua propaganda para penyembah Iblis, mari kita perhatikan dari setiap penampilan artis seperti SNSD (Girls Generation), Super Junior (SUJU), SHINee, BoA, T-ARA, BIG BANG, DBSK, dan sebagainya ada simbol-simbol IILUMINATI (IBLIS/DAJJAL) diantaranya:

1. Yang Pertama adalah Video dari T-ARA yang berjudul YaYaYa yang terdapat simbol baphomet diatasnya.

   Lihatlah simbol bintang terbalik diatas personil T-ARA.Simbol ini adalah simbol Baphomet.Perlu diketahui baphomet adalah satu dari puja-pujaan kaum Qabalis yang mewakili Setan. Makhluk ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”, lambang kuno untuk setan. Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan kemampuan beranak-pinak seperti halnya kambing. Di dahi, diantara dua tanduk dibawah suluh, adalah lambang pentagram. Bagian bawah badannya diselubungi kain hitam melambangkan kerahasiaan. Baphomet digambarkan sebagai makhluk hermaphrodit dengan mempunyai buah dada lambang kewanitaan dan phallus lambang kelaki-lakian. Dua ular melingkar di phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari Setan. Sayap melambangkan kemampuan Lucifer untuk Terbang.


2.  Foto Big Bang's yang sedang memegang mata satu.


3.Berikutnya adalah Yunho TVXQ yang menutup mantanya sehingga terlihat mata satu.

4.Selanjutnya adalah simbol mata satu pada kalung yang dipakai Shinee pada saat perform.

5.Selanjutnya adalah klip video dari shinee yang ternyata terdapat Symbol mata satu di papan tulis.

6.Lalu Lee Joon yang membentuk simbol mata.

7.Selanjutnya adalah Simbol mata satu pada klip video Narsha yang terlihat terdapat laki-laki mengintip dunia ini dengan mata kirinya, yang menyimbolkan Eye of Horus/Mata yang melihat segalanya.

 8.SHINE dalam lagu LUCIFER

Jelas  siapa yang mereka sembah. Gaya mereka yang seperti hidup dengan pandangan blank. Ini sering juga ditampilkan Gaga. Dalam foto terlihat Shinee dikendalikan pikirannya dan tampak blank, sehingga mereka hanya mengikuti perintah Lucifer.

Dalam video klip ini, perhatikan gerakan tangan semua anggota Shinee.
Ini gerakan tangan Baphomet, “As above, so below.” Artinya, seperti yang di atas, begitu pula yang dibawah.
Sebagai pengikut lucifer, Shinee akan melakukan apa yang dilakukan atasannya.
Pelajari beberapa gerakan tangan ini :



Dalam lirik lagu Lucifer, terdapat kata2 Loverholic, robotronic : Itu benar2 ciri mind-controlling yang dilakukan Illuminati. Mereka akan mengendalikan semuanya.
Illuminati menggunakan K-pop yang sekarang sedang tren dimana-mana. K-pop juga memiliki tampilan lebih cute, lebih keren, lebih cemerlang. Kalau klip Barat memang terlihat lebih sangar. Jadi pasti orang akan lebih mudah menerima K-pop.




Song Joong Ki juga terpaksa melakukan pose yang sudah disetujui Illuminati, karena Vogue memang terkenal sebagai bisnis yang dipengaruhi Illuminati.


Ini movie teaser Super Junior Mr. Simple II

Kalau semua memiliki pose yang sama, apa kita berpikir ini kebetulan dan tren baru? Ini suatu tanda, kalau dunia dikuasai satu kekutan besar yang kelak akan muncul. Sekarang mereka tidak kelihatan, hanya tanda-tandanya saja yang mulai disosialisasikan.






Ternyata virus gelombang Korean style bukan permasalahan sepele, sebatas gandrung menikmati musik dan sinetronya semata. Disamping produk hegemoni Barat, lebih dari itu, gelombang Korean style telah membawah problem yang serius bagi umat Islam, problem yang menyebabkan dekadensi akhlak dan dekonstruksi aqidah alias rusaknya akidah.

Sekian dan terima kasih!!!!

Ahmadiyah dan Bahaya Plagiator Agama

Oleh: Dr. M. Abdurrahman, MA

HIRUK PIKUK pemberitaan yang selama ini ikut meramaikan dunia para pebisnis media dan pembela akidah. Kasus ini, tak urung menjadikan perilaku umat atau bangsa Indonesia yang selama ini terkenal santun dan memiliki kepedulian tolong menolong identik suka melakukan “perlawanan”. Namun umumnya, pertengakaran, konflik, dan peperangn dari dahulu sampai sekarang pun karena berkaitan dengan hak-hak seseorang yang diganggu, harta, tahta, material, spiritual, malahan “cinta dan wanita” yang sebenarnya “sepele”.
 
Suatu istilah yang berkaitan dengan mengganggu hak orang lain yang akrab dan dekat ditelinga kita ialah, istilah penghinaan, cemooh, pencemaran nama baik yang berkaitan, baik fisik maupun non-fisik, seperti istilah ghasab, pencurian termasuk plagiat dan lain-lain yang berkaitan dengan penguasaan hak kekayaan material dan intelektual tanpa dasar. Jangankan urusan “keyakinan” yang selama ini terjadi, urusan-usrusan keduniaan yang berkaitan dengan nama lembaga, businis, bahkan pada nama seseorang yang amat sederhana pun bila ada yang menyamainya akan menjadi biang konflik. Dalam mata uang Indonesia rupiah, misalnya dahulu ada peringatan tertulias pada uang dengan ancaman pidana bagi yang memalsukannya. Karena itulah banyak perusahaan memasang himbaun yang berbunyi, “Awas barang tiruan!”.
 
Di Surabaya ada seorang Doktor dicabut gelarnya karena pada disertasinya ada pengambilan tulisan dari orang lain yang tidak disebut sumbernya. Di Bandung ada suatu universitas memecat dan mencabut gelar guru besarnya karena yang bersangkutan menjiplak tulisan orang lain dan tidak ada foot note-nya.Dalam karya ilmiah saja seseorang harus mendapatkan kode ISBN sebagai tanda hak cipta.
 
Dalam karya-karya Timur Tengah ada ungkapan, “Jami’ul huquq mahfuzhah”, semua hak-hak dilindungi. HAK CIPTA ini tidak boleh diganggu oleh siapapun, baik nama maupun substansi, malahan ada lembaga yang disebut HAKI.
 
Namun rupanya, masalah PALSU dan ASLI tak hanya terjadi pada barang dagangan atau produk. Dalam agama juga ada. Dalam kasus Ahmadiyah dengan umat Islam Indonesia, termasuk terkait antara yang ASLI dan yang PALSU.
 
Hukuman bagi Plagiator
 
Di Negara mana pun plagiat atau pembajakan apapun namanya, termasuk karya ilmiyah dilarang dan akan dikenai sanksi hukum. Setiap pengambilan karya ilmiah di Indonesia, misalnya akan dihukum dengan peraturan perundang-undangan, yaitu UU nomor 19 tahun tahun 2002 tetang Hak Cipta dengan pidana masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
 
Untuk masalah agama, Indonesia sudah menetapkan beberapa peraturan perundangan undangan yang berkaitan dengan penodaan terhadap agama, seperti UU PNPS no 1 tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Janauari 1965, kemudian dimasukkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 Nomor 3. Isinya pada Pasal 1, “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum,untuk melakukan penafsitran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu”.
 
Kemudian, dalam KUH Pidana secara eksplisit berbunyi, “Pasal 56 a. “Dipidana dengan Pidana Penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan senagaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan, a. yang pokoknya bersifat permusuhan. Penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama di Indonesia. Atas dasar itu, maka MUI telah mengeluarkan Fatwa bahwa ajaran Ahmadiyah Qodiyan sesat menyesatkan dan di luar Islam. Surat edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji nomor D/BA.01/3099/84 tanggal 20 September 1984.
 
Dalam kasus Ahmadiyah ini, Mirza Ghulam Ahmad termasuk plagiator di dunia dalam bidang keagamaan, baik gelar yang dimiliki maupun kitab suci-nya. Dalam gelar dia mengaku Nabi, Rasul, Isa al-Masih, Mujaddid, al-Mahdi, seperti tertulis dalam karya-karyanya. Syeikh Manzhur Ahmad Chinioti dari Pakistan dalam karyanya, Keyakinan al-Qadhiyani terbitan LPPI – 2002 (a-Qadiyani wa Mu’taqidatuh- judul asli,), yang di antara kutipan keyakinannya mengatakan;
 
Pertama, mengaku mujaddid, al-mahdi, al-Masih, Nabi, dan Rasul.
“Rahim Allah mengeluarkan cahaya langit, Akulah cahaya itu, al-Mujaddid yang dapat perintah, hamba yang ditolong, al-Mahdi yang dikenal, al-Masih yang dijanjikan. Dan sesungguhnya aku berada dalam posisi yang sangat mulia di sisi Tuhanku, tak ada seorangpun yang mengetahuinya (Khutbah Ilhamiyah Ruhani Khazain 16/15 karya al-Qadiyani).
“Dan Allah yanag sebenarnya. Dialah yang mengutus Rasul-Nya di Qadiyan ((Daifi’ul Bala 11 RK 231).
“Akulah al-Masih yang dijanjikan yang telah ditentukan kedatangannya di akhir zaman oleh Allah yang Maha bijak. Akulah orang yang diberi nikmat yang disebutkan dalam surat al-Fatihah pada saat muncul dua golongan tersebut.” (Khutbah Ilhamiyah, Ruhani Khazain16/179.
Kedua, ia melakukan pasal penghinaan. Di antaranya poenghinaan pada Isa al-Masih ibn Maryam dan pada Allah.
“Lihatlah aku datang sesuai yang dikabarkan oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallalah, Isa tidak mampu untuk meletakkan kakinya di atas mimbarku.” (Izalah al-Auham 158 R-K 240).
Ketiga, penjiplakan pada Al-Quran
Ahmadiyah juga ikut menjiplak al-Quran yang menurutnya diwahyukan kepadanya oleh Allah, yang disebutnya, Tazdkirah. Dalam halaman 1 kitab Tadzkirah tertulis: “Tadzkirah ya’ni Wahyu Muqaddas: Ru’ya wa Kusyuf Hadhrat Masil al-Mau’ud Alaihis salatu wa sallam, Tadzkirah adalah wahyu yang disucikan, ru’ya (-mimpi-ilham), dan kusyuf (melihat langsung), hadrah (di depan) Masih yang dijanjikan.” Di antara contoh lain plagiat Mirza terhadap al-Quran, sebagaimana dikutip di bawah ini.
1. Tadzkirah hal: 33 plagiat dari al-Quran surat al-Baqarah/2: 23 yaitu:
Ayat diplintir dan dijiplak dengan menggunakan kalimat setelah lafal, ‘ala ‘abdina dengan kalimat, ‘Fa’tu bisyifa’in min mislih……..Inkuntum shadiqin dibuang.
2. Tadzkirah hal: 40 plagiat dari al-Quran surah Maryam: 25: 19 yaitu:
Ayat yang diplintir dan dijiplak dengan cara mengubah tanda kasrah pada muhkatahab untuk muannast (perempuan) huzzi dengan huzza, kaf yang dikasrah “ki” dengan fathah (mudzakkar) yaitu “ka”. Jadi, ayat ini berbunyi” Huzza ilaika bijidz’innakhlati tusaqith alaika ruthaban janniya”. Perkataan, hudzdzi mnjadi hudzadza, ilaiki menjadi ilaika.
3. Tadzkirah hal: 43 plagiat dari surah al-Anfal/8: 17, yaitu ayat:
Ayat tersebut yang kata dia Mirza ada ilham dan perintah kepadaku, dengan menambah ungkapan, “Ya Ahmad barakallahu fika-M ramaita idz ramaita walakinnallaha rama”. Ayat ini langsung dipotong ujung ayant ini, malah langsung disambung setelah menggun akan tanda-dengan ayat lain dari syurah ar-Rahman/55: 1-2 yang isinya: Arrahman, allamal Quran. Lalu, disambung lagi dengan ayat lain surah lain, yaitu sepotong surah Yasin/36: 6.
4. Tadzkirah hal: 50 plagiat dari surah at-Thur/52: 48 yaitu,
Ayat pada surat ini, selain dibuang sebagian ditambahi oleh Mirza dengan kalimat, “Ya Ahmad, fadhat ar-rahmatu ala syfataika-ditambah dengan sebagian ayat di atas dengan “innaka biayunina” .
5. Tadzkirah hal: 51 plagiat dari ayat al-Quran surah al-Muddtasir/74: 1-3.
Yaitu Ayat ini ditambah dengan kalimat, “Yatimmu ismuka wala yatimmu ismi-kun fiddunya ka annaka gharibun aw abirus sabilin –wa kun minas shalihin was shiddiqin”.
6. Tadzkirah hal: 637 plagiat dari al-Quran surah al-Isra/17: 105 yaitu
Ketika menjiplak ayat ini Mirza G. Ahmad la’anahullah, menyatakan, “Sesunggunya Kami telah menurunkan kitab suci Tadzkirah ini dekat dengan Qadiyan-India dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun”.
Inilah sekedar contoh beberapa plagiat Mirza G. Ahmad nabinya Amadiyah dari kitab sucinya Tazkirah.
Bias HAM
Pada tanggal 26 Maret 2009 Dewan HAM PBB menyatakan bahwa, “Penistaan Agama adalah Melanggar HAM. Berdasarkan resolusi HAM Pasal 18 ayat 3 negara berhak melakukan pembatasan hokum dalam kebebasan HAM. “Defamation of religion is violating Human Right, Penodaan agama adalah kejahatan kemanusiaan”.
Dengan mengacu pada ini, jelas Ahmadiyah sudah menodai ajaran Islam dengan mengaku “Muslim”, padahal punya Nabi sendiri dan kitab sucinya sendiri pula. Mereka lebih berhak dinamai sebagai non-muslim.
Tapi, deklarasi HAM PBB itu rupanya dilanggar juga oleh para aktivis LSM yang mengatasnamakan dirinya “Pembela HAM”. Ia justru tetap meminta agar eksistensi Ahmadiyah di Indonesia ada, meski itu menodai agama dan telah melakukan plagiat.
Untuk banyak hal, Barat tidak sungguh-sungguh menerapkan apapun resolusinya, termasuk masalah penodaan agama ini. Kasus terbaru di mana burqa (cadar) dilarang di Prancis.
Persis sendiri sudah menolak sejak awal keberadaan Ahmadiyah sebagai Muslim di Indonesia, seperti dalam debat A. Hassan dengan tokoh Ahmadiyah, Rahmat Ali dan Abu Bakar Ayub pada tanggal 29 September 1933.
Majalah Pembela Islam menerbitkan rekaman yang kemudian dicetak ulang 40 tahun kemudian (1973). Bapak H. Ir. Soekarno-almarhum yang selanjutnya menjadi Presiden RI Pertama menulis artikel pada tanggal 25 November 1935 berjudul, “Tidak Percaya Bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi”.
Masalahnya, bila sekedar HAK CIPTA saja seseorang bisa mendapatkan sanksi dan hukuman berat, bagaimana dengan orang/kelompok yang melakukan plagiat pada Wahyu Allah atas namanya sendiri?